Tuesday, May 1, 2018

Kumpulan Biografi Tokoh Nasional Indonesia

1. Biodata Bung Tomo

Nama Sutomo
Nama Panggilan Bung Tomo
Tanggal lahir 03 Oktober 1920
Tempat Lahir Surabaya Jawa Timur
Meninggal Padang Arafah, Arab Saudi
Pendidikan MULO HBS
Gelar Pahlawan Pahlawan Nasional sejak 2 November 2008
Organisasi dan karir
· KBI (Kepanduan Bangsa Indonesia)
· Gerakan Rakyat Baru
· Menteri Negara Urusan Bekas Pejuang Bersenjata/Veteran sekaligus Menteri Sosial Ad Interim pada 1955-1956
· anggota DPR pada 1956-1959 yang mewakili Partai Rakyat Indonesia


Sutomo dilahirkan di Kampung Blauran, di pusat kota Surabaya. Ayahnya bernama Kartawan Tjiptowidjojo, seorang kepala keluarga dari kelas menengah. Ia pernah bekerja sebagai pegawai pemerintahan, sebagai staf pribadi di sebuah perusahaan swasta, sebagai asisten di kantor pajak pemerintah, dan pegawai kecil di perusahan ekspor-impor Belanda. Ia mengaku mempunyai pertalian darah dengan beberapa pendamping dekat Pangeran Diponegoro yang dikebumikan di Malang.

Ibunya berdarah campuran Jawa Tengah, Sunda, dan Madura. Ia pernah bekerja sebagai polisi di kotapraja, dan pernah pula menjadi anggota Sarekat Islam, sebelum ia pindah ke Surabaya dan menjadi distributor lokal untuk perusahaan mesin jahit Singer.

Sutomo dibesarkan dalam keluarga kelas menengah. Pendidikan menjadi hal penting yang harus diperoleh Sutomo dan keluarganya. Sutomo berkepribadian ulet, pekerja keras, daya juangnya sangat tinggi. Di Usia mudanya Sutomo aktif dalam organisasi kepanduan atau KBI. Ia juga bergabung dengan sejumlah kelompok politik dan sosial. Pada 1944 ia anggota Gerakan Rakyat Baru . Sejak kedatangan sekutu dan pasukan NICA di Surabaya, Bung Tomo berjuang mati-matian mempertahankan Surabaya dari cengkeraman Sekutu dan NICA. Bung Tomo memiliki pengaruh kuat di kalangan pemuda dan para pejuang. Ia dengan lantang membakar semangat pejuang untuk bertempur habis-habisan melawan pasukan sekutu. Pertempuran tersebut dipicu oleh tewasnya Brigjen AWS Malaby dalam kontak senjata dengan pejuang. Meskipun kekuatan pejuang tidak seimbang dengan kekuatan pasukan sekutu, namun peristiwa pertempuran 10 November tercatat sebagai peristiwa terpenting dalam sejarah bangsa Indonesia 

Sekitar tahun 1950-an Bung Tomo mulai aktif dalam kehidupan politik. Ia sempat menjadi Menteri negara Urusan Bekas Pejuang Bersenjata/Veteran sekaligus Menteri Sosial Ad Interim pada 1955-1956 pada kabinet Burhanuddin Harahap. Bung Tomo juga pernah menjadi anggota DPR 1956-1959 dari Partai Rakyat Indonesia. Pada masa pemerintahan orde Baru, Bung Tomo banyak mengkritik kebijakan Soeharto yang dianggapnya mulai melenceng. Akibatnya tanggal 11 April 1978 ia ditangkap dan dipenjara oleh pemerintah Soeharto. Padahal jasanya begitu besar dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Satu tahun setelah di tahan Bung Tomo kemudian di bebaskan dan tidak banyak aktif dalam kehidupan politik.Bung Tomo dikenal sebagai muslim yang taat beribadah. Beliaupun wafat ketika menunaikan ibadah Haji di padang Arafah Makkah tanggal 7 Oktober 1981.Jenazah Bung Tomo dibawa kembali ke tanah air dan dimakamkan bukan di sebuah Taman Makam Pahlawan, melainkan di Tempat Pemakaman Umum Ngagel di Surabaya.

2. Biodata Soeharto

Nama Lengkap Soeharto
Profesi Birokrat
Tempat Lahir Kemusuk, Yogyakarta
Tanggal Lahir Rabu, 8 Juni 1921
Agama Islam
Warga Negara Indonesia
Istri Fatimah Siti Hartinah Soeharto
Anak
Siti Hardijanti Rukmana (Tutut), Sigit harjojudanto (Sigit), Bambang Trihatmodjo (Bambang)
Siti Hediati Hariyadi (Titiek), Hutomo Mandala putra (Tommy), Siti Hutami Endang Adiningsih (Mamiek)

Pendidikan SD Pedes Yogyakarta SMP Muhammadiyah di Yogyakarta Sekolah Militer di Gombong, Yogyakarta

Karir Anggota TNI Komandan Brigade Garuda Mataram Komandan Resimen Infanteri 15 berpangkat Letnal Kolonel Panglima Korps Tentara I Caduad (Cadangan Umum AD)
Panglima Komando Mandala (Pasukan Pembebasan Irian Barat)
Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Kostrad)
Panglima Kopkamtib
Mayor Jenderal
Presiden Kedua RI (1966-1998)

Penghargaan
Bapak Pembanngunan Nasional
Bintang Mahakarya Gotong Royong dari Ormas Musyawarah Gotong Royong

Jenderal Besar TNI Purnawiran Haji Muhammad Soeharto ialah Presiden kedua Republik Indonesia. Ia lahir di Kemusuk, Yogyakarta pada tanggal 8 Juni 1921. Ayahnya bernama Kertosudiro, merupakan petani yang juga sebagai pembantu lurah dalam mengairi sawah Desa, sedangkan ibunya bernama Sukirah.

Soeharto kecil mulai masuk sekolah ketika berumur delapan tahun, namun ia sering pindah karena keluarganya juga pindah rumah. Sampai akhirnya pada tahun 1941 ia terpilih menjadi prajurit teladan di sekolah Bintara, Gombong, Jawa Tengah.

Kemudian pada tahun 1945 lebih tepatnya tanggal 5 Oktober, Soeharto resmi menjadi anggota TNI. Genap di usia 26 tahun ia menikah dengan Siti Hartinah atau yang akrab dengan sapaan Ibu Tien yang kala itu berusia 24 tahun, seorang anak pegawai Mangkunegaraan.

“saya ini tentara. Tentara itu pedoman hidupnya Sapta Marga. Kami patriot Indionesia, pendukung dan pembela ideologi negara yang bertanggungjawab dan tidak mengenal menyerah”.

Pernikahan keduanya dilangsungkan di Solo pada tanggal 26 Desember 1947. Soeharto dan Ibu Tien dikaruniai enam orang putra yakni, Siti Hardiyanti Hastuti, Sigit Harjojudanto, Bambang Trihatmodjo, Siti Hediati Herijadi, Hutomo mandala dan Siti Hutami Endang Adiningsih.

Bisa dibilang Soeharto telah menapaki perjalanan panjang nan berliku di dalam karir militer dan politiknya. Di dunia militer, orang yang akrab disapa Pak Harto ini memulainya dari pangkat sersan tentara KNIL, lantas naik pangkat ke komandan PETA, komandan resimen dengan pangkat Mayor dan komandan Batalyon berpangkat Letnan Kolonel.

tahun 1949, ia berhasil memimpin pasukannya merebut kembali kota Yogyakarta dari tangan Kolonial Belanda kala itu. Soeharto juga pernah menjadi Pengawal Panglima Besar Sudirman. Tidak hanya itu, ia juga pernah menjadi Panglima Mandala (pembebasan Irian Barat).

3. Biografi Megawati Soekarno Putri

Biografi Megawati Soekarno Putri. Bernama Lengkap Diah Permata Megawati Setiawati Soekarnoputri atau akrab di sapa Megawati Soekarnoputri lahir di Yogyakarta, 23 Januari 1947. Sebelum diangkat sebagai presiden, beliau adalah Wakil Presiden RI yang ke-8 dibawah pemerintahan Abdurrahman Wahid.

Mengenai profil dan biografinya, Megawati adalah putri sulung dari Presiden RI pertama yang juga proklamator, Soekarno dan Fatmawati. Megawati, pada awalnya menikah dengan pilot Letnan Satu Penerbang TNI AU, Surendro dan dikaruniai dua anak lelaki bernama Mohammad Prananda dan Mohammad Rizki Pratama.

Pada suatu tugas militer, tahun 1970, di kawasan Indonesia Timur, pilot Surendro bersama pesawat militernya hilang dalam tugas. Derita tiada tara, sementara anaknya masih kecil dan bayi. Namun, derita itu tidak berkepanjangan, tiga tahun kemudian Mega menikah dengan pria bernama Taufik Kiemas, asal Ogan Komiring Ulu, Palembang. 

Kehidupan keluarganya bertambah bahagia, dengan dikaruniai seorang putri Puan Maharani. Kehidupan masa kecil Megawati dilewatkan di Istana Negara. Sejak masa kanak-kanak, Megawati sudah lincah dan suka main bola bersama saudaranya Guntur. Sebagai anak gadis, Megawati mempunyai hobi menari dan sering ditunjukkan di hadapan tamu-tamu negara yang berkunjung ke Istana.

Pendidikan Megawati Soekarno Putri
Wanita bernama lengkap Dyah Permata Megawati Soekarnoputri ini memulai pendidikannya, dari SD hingga SMA di Perguruan Cikini, Jakarta. Sementara, ia pernah belajar di dua Universitas, yaitu Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, Bandung (1965-1967) dan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (1970-1972). 

Kendati lahir dari keluarga politisi jempolan, Mbak Mega -- panggilan akrab para pendukungnya -- tidak terbilang piawai dalam dunia politik. Bahkan, Megawati sempat dipandang sebelah mata oleh teman dan lawan politiknya. 

Beliau bahkan dianggap sebagai pendatang baru dalam kancah politik, yakni baru pada tahun 1987. Saat itu Partai Demokrasi Indonesia (PDI) menempatkannya sebagai salah seorang calon legislatif dari daerah pemilihan Jawa Tengah, untuk mendongkrak suara. 

Terjun Ke Dunia Politik

Masuknya Megawati ke kancah politik, berarti beliau telah mengingkari kesepakatan keluarganya untuk tidak terjun ke dunia politik. Trauma politik keluarga itu ditabraknya. Megawati tampil menjadi primadona dalam kampanye PDI, walau tergolong tidak banyak bicara. Ternyata memang berhasil. Suara untuk PDI naik. Dan beliau pun terpilih menjadi anggota DPR/MPR. Pada tahun itu pula Megawati terpilih sebagai Ketua DPC PDI Jakarta Pusat. 

Tetapi, kehadiran Mega di gedung DPR/MPR sepertinya tidak terasa. Tampaknya, Megawati tahu bahwa beliau masih di bawah tekanan. Selain memang sifatnya pendiam, belaiu pun memilih untuk tidak menonjol mengingat kondisi politik saat itu. 

Maka belaiu memilih lebih banyak melakukan lobi-lobi politik di luar gedung wakil rakyat tersebut. Lobi politiknya, yang silent operation, itu secara langsung atau tidak langsung, telah memunculkan terbitnya bintang Mega dalam dunia politik. Pada tahun 1993 dia terpilih menjadi Ketua Umum DPP PDI. Hal ini sangat mengagetkan pemerintah pada saat itu. 

Proses naiknya Mega ini merupakan cerita menarik pula. Ketika itu, Konggres PDI di Medan berakhir tanpa menghasilkan keputusan apa-apa. Pemerintah mendukung Budi Hardjono menggantikan Soerjadi. Lantas, dilanjutkan dengan menyelenggarakan Kongres Luar Biasa di Surabaya.

Pada kongres ini, nama Mega muncul dan secara telak mengungguli Budi Hardjono, kandidat yang didukung oleh pemerintah itu. Mega terpilih sebagai Ketua Umum PDI. Kemudian status Mega sebagai Ketua Umum PDI dikuatkan lagi oleh Musyawarah Nasional PDI di Jakarta. 

Namun pemerintah menolak dan menganggapnya tidak sah. Karena itu, dalam perjalanan berikutnya, pemerintah mendukung kekuatan mendongkel Mega sebagai Ketua Umum PDI. Fatimah Ahmad cs, atas dukungan pemerintah, menyelenggarakan Kongres PDI di Medan pada tahun 1996, untuk menaikkan kembali Soerjadi. Tetapi Mega tidak mudah ditaklukkan. 

Karena Mega dengan tegas menyatakan tidak mengakui Kongres Medan. Mega teguh menyatakan dirinya sebagai Ketua Umum PDI yang sah. Kantor DPP PDI di Jalan Diponegoro, sebagai simbol keberadaan DPP yang sah, dikuasai oleh pihak Mega. Para pendukung Mega tidak mau surut satu langkah pun. Mereka tetap berusaha mempertahankan kantor itu. 

Soerjadi yang didukung pemerintah pun memberi ancaman akan merebut secara paksa kantor DPP PDI itu. Ancaman itu kemudian menjadi kenyataan. Pagi, tanggal 27 Juli 1996 kelompok Soerjadi benar-benar merebut kantor DPP PDI dari pendukung Mega. 

Namun, hal itu tidak menyurutkan langkah Mega. Malah, dia makin memantap langkah mengibarkan perlawanan. Tekanan politik yang amat telanjang terhadap Mega itu, menundang empati dan simpati dari masyarakat luas. 

Mega terus berjuang. PDI pun menjadi dua. Yakni, PDI pimpinan Megawati dan PDI pimpinan Soerjadi. Massa PDI lebih berpihak dan mengakui Mega. Tetapi, pemerintah mengakui Soerjadi sebagai Ketua Umum PDI yang sah. Akibatnya, PDI pimpinan Mega tidak bisa ikut Pemilu 1997.

Setelah rezim Orde Baru tumbang, PDI Mega berubah nama menjadi PDI Perjuangan. Partai politik berlambang banteng gemuk dan bermulut putih itu berhasil memenangkan Pemilu 1999 dengan meraih lebih tiga puluh persen suara. Kemenangan PDIP itu menempatkan Mega pada posisi paling patut menjadi presiden dibanding kader partai lainnya. Tetapi ternyata pada SU-MPR 1999, Mega kalah.

Terpilih Menjadi Presiden RI

Tetapi, posisi kedua tersebut rupanya sebuah tahapan untuk kemudian pada waktunya memantapkan Mega pada posisi sebagai orang nomor satu di negeri ini. Sebab kurang dari dua tahun, tepatnya tanggal 23 Juli 2001 anggota MPR secara aklamasi menempatkan Megawati duduk sebagai Presiden RI ke-5 menggantikan KH Abdurrahman Wahid. 

Megawati menjadi presiden hingga 20 Oktober 2003. Setelah habis masa jabatannya, Megawati kembali mencalonkan diri sebagai presiden dalam pemilihan presiden langsung tahun 2004. Namun, beliau gagal untuk kembali menjadi presiden setelah kalah dari Susilo Bambang Yudhoyono yang akhirnya menjadi Presiden RI ke-6. 

Karir :
· Presiden Ke-5 RI (2001 – 2004)
· Wakil Presiden RI (1999- 2001)
· Anggota DPR/MPR RI (1999)
· Anggota DPR/MPR RI (1987-1992)
· Ketua Umum DPP PDI Perjuangan, April 2000 - Sekarang Perjalanan karir
· Anggota Gerakan Mahasiswa Nasional Indonsia (Bandung), (1965)
· Anggota DPR-RI, (1993)
· Anggota Fraksi PDI Komisi IV
· Ketua DPC PDI Jakarta Pusat, Anggota FPDI DPR-RI, (1987-1997)
· Ketua Umum PDI versi
· Munas Kemang (1993-sekarang) PDI yang dipimpinnya berganti nama menjadi PDI Perjuangan pada 1999-sekarang
· Wakil Presiden RI, (Oktober 1999-23 Juli 2001)
· Presiden RI ke-5, (23 Juli 2001-2004)

Perjalanan pendidikan

· SD Perguruan Cikini Jakarta, (1954-1959)
· SLTP Perguruan Cikini Jakarta, (1960-1962)
· SLTA Perguruan Cikini Jakarta, (1963-1965)
· Fakultas Pertanian UNPAD Bandung (1965-1967), (tidak selesai)
· Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (1970-1972), (tidak selesai).

Berikut Daftar Biografi atau Profil Presiden yang pernah memimpin Indonesia :

1. Biografi Ir. Soekarno Presiden Pertama Indonesia
2. Biografi Soeharto Presiden Kedua Indonesia Biografi B.J Habibie Presiden Ketiga Indonesia
3. Biografi KH. Abdurrahman Wahid (Gusdur)
4. Presiden Keempat Indonesia
5. Biografi Megawati Soekarno Putri Presiden kelima Indonesia
6. Biografi Susilo Bambang Yudhoyono Presiden Keenam Indonesia
7. Biografi Joko Widodo (Jokowi) Presiden Ketujuh Indonesia (Sekarang)


4. Biografi Prabowo Subianto

Dikenal sebagai salah satu tokoh kontroversial ketika masa era reformasi, banyak yang menduga ia merupakan dalang dari penculikan sejumlah aktivis mahasiswa pada masa Reformsi tahun 1998. Di tahun 2014 ia maju sebagai kandidat calon Presiden Indonesia bersama Hatta Rajasa sebagai Calon Wakil Presiden Republik Indonesia namun kalah dari lawannya Jokowi serta Jusuf Kalla pada Pilpres 2014. Artikel kali ini akan membahas mengenai profil dan biografi Prabowo Subianto. Ketua Partai Gerindra ini dilahirkan dengan nama lengkap Prabowo Subianto Djojohadikusumo, Ia sudah banyak pengalaman di berbagai bidang seperti Militer, Pengusaha serta Dunia Politik yang ia geluti akhir-akhir ini. Di Pemilu 2014 yang akan datang Ia diusung oleh Partai Gerindra (Gerakan Indonesia Raya) untuk maju menjadi Calon Presiden Republik Indonesia tahun 2014 setelah gagal dalam pemilu 2009 serta 2004 yang lalu. banyak Kontroversi yang di alamatkan kepada Prabowo Subianto semasa ia berkarier Militer. Prabowo Subianto dilahirkan pada tanggal 17 Oktober 1951, Prabowo Subianto merupakan anak dari pakar Ekonomi Indonesia pada zaman Soekarno dan Soeharto yaitu Prof Soemitro Djojohadikusumo, Prabowo Subianto juga merupakan cucu dari Pendiri Bank Indonesia dan juga anggota BPUPKI untuk kemerdekaan Indonesia yaitu Raden Mas Margono Djojohadikusumo. 

Dilihat dari Keluarganya Prabowo Subianto memiliki dua orang kakak perempuan yang bernama Bintianingsih dan Mayrani Ekowati, serta satu orang adik laki-laki yang kini menjadi seorang pengusaha handal yang bernama Hashim Djojohadikusumo. Pada tahun 1970, Prabowo Subianto memulai kariernya saat ia mendaftarkan diri di Akademi Militer Magelang, Ia kemudian Lulus pada tahun 1974 dari Akademi Militer, kemudian pada tahun 1976 Prabowo ditugaskan sebagai Komandan Pleton Para Komando Grup I Komando Pasukan Sandhi Yudha (Kopassandha) dan ditugaskan sebagai bagian dari operasi Tim Nanggala di Timor Timur. 

Prabowo Subianto kemudian menikah dengan Titiek yang merupakan anak Presiden Soeharto. Pernikahan Prabowo dengan titiek berakhir tidak lama setelah Soeharto mundur dari jabatan Presiden Republik Indonesia. Dari pernikahannya dengan Titiek, Prabowo dikaruniai seorang anak, Didiet Prabowo. Didiet tumbuh besar di Boston, AS dan sekarang tinggal di Paris, Perancis sebagai seorang desainer. Setelah kembali dari Timor Timur, karir militernya Prabowo terus melejit. Pada tahun 1983, Prabowo dipercaya sebagai Wakil Komandan Detasemen 81 Penanggulangan Teroris (Gultor) Komando Pasukan Khusus TNI AD (Kopassus). Setelah menyelesaikan pelatihan "Special Forces Officer Course" di Fort Benning, Amerika Serikat, Prabowo diberi tanggungjawab sebagai Komandan Batalyon Infanteri Lintas Udara.

Banyak Kontroversi dan Dugaan pelanggaran HAM yang dilakukan oleh Prabowo Subianto saat ia berkarier di bidang Militer, Pada tahun 1983, kala itu masih berpangkat Kapten, Prabowo diduga pernah mencoba melakukan upaya penculikan sejumlah petinggi militer, termasuk Jendral LB Moerdani, namun upaya ini kabarnya digagalkan oleh Mayor Luhut Panjaitan, Komandan Den 81/Antiteror. Prabowo sendiri adalah wakil Luhut saat itu. Pada tahun 1990-an, Prabowo diduga terkait dengan sejumlah kasus pelanggaran HAM di Timor Timur. Pada tahun 1995, ia diduga menggerakkan pasukan ilegal yang melancarkan aksi teror ke warga sipil. Peristiwa ini membuat Prabowo nyaris baku hantam dengan Komandan Korem Timor Timur saat itu, Kolonel Inf Kiki Sjahnakrie, di kantor Pangdam IX Udayana. Sejumlah lembaga internasional menuntut agar kasus ini dituntaskan. Menurut pakar hukum Adnan Buyung Nasution, kasus ini belum selesai secara hukum karena belum pernah diadakan pemeriksaan menurut hukum pidana. 

Pada tahun 1997, Prabowo Subianto diduga mendalangi penculikan dan penghilangan paksa terhadap sejumlah aktivis pro-Reformasi. Setidaknya 13 orang, termasuk seniman 'Teater Rakyat' Widji Thukul, aktivis Herman Hendrawan, dan Petrus Bima hilang dan belum ditemukan hingga sekarang. Mereka diyakini sudah meninggal. Prabowo sendiri mengakui memerintahkan Tim Mawar untuk melakukan penculikan kepada sembilan orang aktivis, diantaranya Haryanto Taslam, Desmond J Mahesa dan Pius Lustrilanang. 

Namun demikian, Prabowo Subianto belum diadili atas kasus tersebut walau sebagian anggota Tim Mawar sudah dijebloskan ke penjara. Sebagian korban dan keluarga korban penculikan 1998 juga belum memaafkan Prabowo dan masih terus melanjutkan upaya hukum. Sebagian berupaya menuntut keadilan dengan mengadakan aksi 'diam hitam kamisan', aksi demonstrasi diam di depan Istana Negara setiap hari Kamis. Sebagian lagi telah bergabung denga kepengurusan Partai Gerakan Indonesia Raya, bahkan duduk di DPR RI. Haryanto Taslam yang telah menjadi anggota Dewan Pembina Partai Gerindra, mengatakan Prabowo sudah minta maaf pada saya. Dia juga mengajak saya bergabung untuk membangun negara ini. Saya adalah korban Prabowo dan Prabowo adalah korban politik saat itu. Dia juga korban. Prabowo hanya merupakan tentara yang mematuhi perintah atasannya. Ide penculikan bukan dari Prabowo. Rezim Orde Baru saat itu pun represif. Jika bukan Prabowo pasti orang lain yang akan diperintah untuk menculik. 

Prabowo Subianto juga diduga mendalangi Kerusuhan Mei 1998 berdasar temuan Tim Gabungan Pencari Fakta. Dugaan motifnya adalah untuk mendiskreditkan rivalnya Pangab Wiranto, untuk menyerang etnis minoritas, dan untuk mendapat simpati dan wewenang lebih dari Soeharto bila kelak ia mampu memadamkan kerusuhan. Juga pada Mei 1998, menurut kesaksian Presiden Habibie dan purnawirawan Sintong Panjaitan, Prabowo melakukan insubordinasi dan berupaya menggerakkan tentara ke Jakarta dan sekitar kediaman Habibie untuk kudeta. Karena insubordinasi tersebut ia diberhentikan dari posisinya sebagai Panglima Kostrad oleh Wiranto atas instruksi Habibie. Masalah utama dari kesaksian Habibie ialah bahwa sebenarnya, pasukan-pasukan yang mengawal rumahnya adalah atas perintah Wiranto, bukan Prabowo. Pada briefing komando tanggal 14 Mei 1998, panglima ABRI mengarahkan Kopassus mengawal rumah-rumah presiden dan wakil presiden. Perintah-perintah ini diperkuat secara tertulis pada tanggal 17 Mei 1998 kepada komandan-komandan senior, termasuk Sjafrie Sjamsoeddin, Pangdam Jaya pada waktu itu 

Dalam buku biografinya, Prabowo yakin ia bisa saja melancarkan kudeta pada hari-hari kerusuhan di bulan Mei itu. Tetapi yang penting baginya ia tidak melakukannya. 

Setelah berhenti berkarier dari Dunia Militer, Prabowo Subianto kemudian memulai peruntungannya menjadi seorang Pengusaha mengikuti jejak adiknya yaitu Hashim Djojohadikusumo. Karir Prabowo sebagai pengusaha dimulai dengan membeli Perusahaan Kertas yaitu Kiani Kertas, perusahaan pengelola pabrik kertas yang berlokasi di Mangkajang, Kalimantan Timur, yang sebelumnya Kiani Kertas dimiliki oleh Bob Hasan, pengusaha yang dekat dengan Presiden Suharto. Prabowo Subianto membeli Kiani Kertas menggunakan pinjaman senilai Rp. 1,8 triliun dari Bank Mandiri. Selain mengelola Kiani Kertas, yang namanya diganti oleh Prabowo menjadi Kertas Nusantara, kelompok perusahaan Nusantara Group yang dimiliki oleh Prabowo juga menguasai 27 perusahaan di dalam dan luar negeri. Usaha-usaha yang dimiliki oleh Prabowo bergerak di bidang perkebunan, tambang, kelapa sawit, dan batu bara. 

Banyak kalangan menilai, Prabowo cukup sukses dalam berusaha. Pada Pilpres 2009, Prabowo ialah cawapres terkaya, dengan total asset sebesar Rp 1,579 Triliun dan US$ 7,57 juta, termasuk 84 ekor kuda istimewa yang sebagian harganya mencapai 3 Milyar per ekor serta sejumlah mobil mewah seperti BMW 750Li dan Mercedes Benz E300. Kekayaannya ini besarnya berlipat 160 kali dari kekayaan yang dia laporkan pada tahun 2003. Kala itu ia hanya melaporkan kekayaan sebesar 10,153 Milyar 

Setelah sukses menjadi seorang pengusaha, Prabowo Subianto kemudian memulai peruntungan kariernya di bidang politik, Prabowo Subianto mencalonkan diri sebagai calon presiden dari Partai Golkar pada Konvesi Capres Golkar 2004. Meski lolos sampai putaran akhir, akhirnya Prabowo kandas di tengah jalan. Ia kalah suara oleh Wiranto. Kemudian pada tahun 2009, Prabowo Subianto memulai peruntungannya kembali menjadi Calon Presiden pada pemilu 2009 namun, ia akhirnya menjadi Calon wakil Presiden mendampingi Megawati yang maju menjadi Calon Presiden Republik Indonesia namun hasil pemilihan umum berkata lain, Megawati yang berpasangan dengan Prabowo Subianto kalah dengan pasangan Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono yang menajdi Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia. 

Di pemilu 2014 Partai Gerakan Indonesia Raya atau Gerindra mengusung Prabowo sebagai calon presiden pada pemilihan presiden 2014 dan memilih Hatta Rajasa yang berasal dari Partai Amanat Nasional sebagai calon Wakil Presiden mendampingi Prabowo Subianto dengan dukungan dari beberapa partai yang menjadi koalisi yang disebut sebagai Koalisi Merah Putih. Namun, pada pilpres 2014 kali ini, Prabowo Subianto kalah suara dari lawannya yaitu Jokowi dan Jusuf Kalla. Itulah sedikit artikel ringkas mengenai profil dan biografi prabowo subianto semoga dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian.

5. Biografi Singkat Bung Hatta / Mohammad Hatta

Dr. (H.C.) Drs. H. Mohammad Hatta (populer sebagai Bung Hatta, lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat, 12 Agustus 1902 – meninggal di Jakarta, 14 Maret 1980 pada umur 77 tahun) adalah pejuang, negarawan, dan juga Wakil Presiden Indonesia yang pertama. Ia mundur dari jabatan wakil presiden pada tahun 1956, karena berselisih dengan Presiden Soekarno.

Hatta dikenal sebagai Bapak Koperasi Indonesia. Bandar udara internasional Jakarta menggunakan namanya sebagai penghormatan terhadap jasanya sebagai salah seorang proklamator kemerdekaan Indonesia.

Hatta lahir dari keluarga ulama Minangkabau, Sumatera Barat. Ia menempuh pendidikan dasar di Sekolah Melayu, Bukittinggi, dan pada tahun 1913- 1916 melanjutkan studinya ke Europeesche Lagere School (ELS) di Padang. Saat usia 13 tahun, sebenarnya ia telah lulus ujian masuk ke HBS (setingkat SMA) di Batavia (kini Jakarta), namun ibunya menginginkan Hatta agar tetap di Padang dahulu, mengingat usianya yang masih muda. Akhirnya Bung Hatta melanjutkan studi ke MULO di Padang.

Baru pada tahun 1919 ia pergi ke Batavia untuk studi di Sekolah Tinggi Dagang “Prins Hendrik School”. Ia menyelesaikan studinya dengan hasil sangat baik, dan pada tahun 1921, Bung Hatta pergi ke Rotterdam, Belanda untuk belajar ilmu perdagangan/bisnis di Nederland Handelshogeschool (bahasa inggris: Rotterdam School of Commerce, kini menjadi Universitas Erasmus). Di Belanda, ia kemudian tinggal selama 11 tahun.

Saat berusia 15 tahun, Hatta merintis karir sebagai aktivis organisasi, sebagai bendahara Jong Sumatranen Bond (JSB) Cabang Padang. Di kota ini Hatta mulai menimbun pengetahuan perihal perkembangan masyarakat dan politik, salah satunya lewat membaca berbagai koran, bukan saja koran terbitan Padang tetapi juga Batavia. Lewat itulah Hatta mengenal pemikiran Tjokroaminoto dalam surat kabar Utusan Hindia, dan Agus Salim dalam Neratja.

Hatta mengawali karir pergerakannya di Indische Vereeniging pada 1922, lagi-lagi, sebagai Bendahara. Penunjukkan itu berlangsung pada 19 Februari 1922, ketika terjadi pergantian pengurus Indische Vereeniging. Ketua lama dr. Soetomo diganti oleh Hermen Kartawisastra. Momentum suksesi kala itu punya arti penting bagi mereka di masa mendatang, sebab ketika itulah mereka memutuskan untuk mengganti nama Indische Vereeniging menjadi Indonesische Vereeniging dan kelanjutannya mengganti nama Nederland Indie menjadi Indonesia. Sebuah pilihan nama bangsa yang sarat bermuatan politik. Dalam forum itu pula, salah seorang anggota Indonesische Vereeniging mengatakan bahwa dari sekarang kita mulai membangun Indonesia dan meniadakan Hindia atau Nederland Indie.
Pada tahun 1945, Hatta secara aklamasi diangkat sebagai wakil presiden pertama RI, bersama Bung Karno yang menjadi presiden RI sehari setelah ia dan bung karno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Oleh karena peran tersebut maka keduanya disebut Bapak Proklamator Indonesia.

6. Biografi Singkat Mr. Soepomo

Mr. Soepomo adalah salah seorang peletak dasar negara republik ini. Anak bangsawan yang pendiam ini pernah menduduki 26 jabatan penting dalam pemerintahan. Ia terlibat langsung dalam penyusunan UUD 1945. Penjelasan UUD 1945 berasal dari pidato Soepomo dalam sidang BPUPKI. Soepomo pula yang menjadi otak teori integralistik dalam Penjelasan UUD 1945. Ketika Indonesia berbentuk negara serikat, Soepomo ikut menyusun undang-undang dasar yang kemudian disebut Konstitusi RIS. Ia juga menyusun UUD Sementara 1950. 

Mr. Soepomo Soepomo lahir tanggal 22 Januari 1903 di Sukoharjo, dekat Solo, sebagai putra dari pasangan Raden Tumenggung Wignyodipuro (Bupati Anom Inspektur Hasil Negeri Kesunanan Surakarta) dan R.A. Renak Wignyodipuro (putri Raden Tumenggung Reksowardono, Bupati Anom Sukoharjo). Putra tertua dari sebelas bersaudara ini beruntung bisa menikmati pendidikan yang layak dari Europeesche Lagere School (ELS) – sekolah dasar bagi anak-anak Belanda (lulus 1917), lalu melanjutkan ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) di Solo (lulus 1920) dengan hasil gemilang. Ia melanjutkan studi di Rechtsschool (sekolah hukum) di Batavia (Jakarta). Lulus 1923, ia lalu diangkat menjadi pegawai negeri dan diperbantukan pada Ketua Pengadilan Negeri di Sragen, Jawa Tengah. Saat itu ia mulai meneliti hukum adat daerah Surakarta, termasuk Sragen. 

Pada umur 21 tahun Soepomo mendapat tugas belajar ke Faculteit der Rechtsgeleerdheid, Universitas Leiden (12 Agustus 1924 – 15 Juli 1927) dan meraih gelar Meester in de Rechten (Mr) dengan presiden predikat summa cum laude. Ia meraih gelar doktor ilmu hukum (Doctor in de Rechtsgeleerdheid) dengan disertasi berjudul De Reorganisatie van het Agrarisch stelsel in het Gewest Soerakarta. Dalam masa studi, Soepomo bergabung dalam organisasi mahasiswa bernama Perhimpunan Indonesia. Ketika kembali ke Indonesia pada usia 24 tahun, Mr. Soepomo langsung mengabdikan hidupnya pada pekerjaan. Ia sempat berpindah-pindah domisili mengikuti panggilan tugas, dari Sragen,Yogyakarta, Jakarta, dan Purworejo. Saat bertugas di Jakarta ia melakukan penelitian hukum adat (privaatrecht der Inheemse bevolking) di daerah hukum (rechtskring) Jawa Barat. Ketika Jepang berkuasa, Mr. Soepomo memegang jabatan penting seperti kepala Kantor Perundang-undangan (Hooki Kyoku Cho), kepala Departemen Kehakiman (Shijobucho). 

Soepomo juga dikukuhkan sebagai guru besar Universitas Gadjah Mada. Ia juga pernah menjadi Rektor Universitas Indonesia (17 Maret 1951 – 15 April 1954). Kecakapan Mr. Soepomo terlihat dalam beberapa tulisan seperti Het adatgrondenerfrecht in Jogyakarta (1930), Het adatprevaatrecht in West Java (1933), dan De Verhoding van Individu en Gemeenschap in Het Adatrecht (1940). Mr. Soepomo meninggal akibat serangan jantung pada tanggal 12 September 1958 di Jakarta dan dimakamkan di Solo. Atas jasa-jasa beliau, pemerintah RI menetapkan Mr. Soepomo sebagai Pahlawan Nasional.

7. Biografi Singkat Dr. Saharjo, S.H

Dr. Saharjo pernah mengenyam pendidikan di STOVIA, tetapi sebelum selesai beliau pindah ke AMS. Setelah itu, beliau mengajar di Perguruan Rakyat, Jakarta. Profesi sebagai guru membuatnya berjuang di bidang pendidikan. Beliau masuk ke dunia politik pertama kali melalui Partindo sebagai salah seorang pengurus besar. Pada tahun 1941, beliau mendapatkan gelar sarjana hukum dan mulai aktif di bidang hukum. Setelah Proklamasi Kemerdekaan, beliau diangkat menjadi : Menteri Muda Kehakiman (Kabinet Kerja I), Menteri Kehakiman (Kabinet Kerja II), dan terakhir sebagai WakilM enteri Pertama Bidang Dalam Negeri. UU Warga Negara tahun 1947 dan 1994 serta UU Pemilu tahun 1953 merupakan hasil pemikiran beliau.

Tempat/Tgl Lahir : Solo, 26 Juni 1909
Tempat/Tgl Wafat : Jakarta, 13 November 1963
SK Presiden : Keppres No. 245 Tahun 1963, TgL 29 November 1963
Gelar : Pahlawan Nasional

Banyak sekali gagasan beliau lainnya di bidang hukum, seperti: menyarankan agar beberapa undang undang kolonial tidak digunakan lagi karena tidak sesuai perkembangan zaman, menyesuaikan hokum dengan kepribadian bangsa Indonesia, mengganti istilah penjara menjadi lembaga pemasyarakatan khusus, istilah orang hukuman menjadi narapidana, dan lambing keadilan Dewi Justisia menjadi pohon beringin. Atas jasa-jasanya, Universitas Indonesia memberi gelar Doktor Honoris Causa. Saharjo wafat di Jakarta dan di makamkan di TMP kalibata

8. Biografi singkat "R.A. Kartini"

Lahir : Jepara, 21 April 1879
Wafat : Rembang, 17 September 1904
Makam : Rembang

Raden Ajeng Kartini adalah putri kelima dari sebelas bersaudara putra-putri R.M. Ario Sosroningrat, seorang adipati di Jepara. Pada usia 12-16 tahun Kartini hidup dalam pingitan. Pada masa inilah, Kartini menghabiskan waktunya dengan membaca dan menulis surat kepada sahabat-sahabatnya di Negeri Belanda.

Kartini memperjuangkan cita-citanya untuk mewujudkan persamaan hak pria dan wanita. Dia mendirikan sekolah untuk anak gadis di kota Jepara, setelah menikah pada 8 November 1903 dengan Bupati Rembang, R. Adipati Joyodiningrat. Dia juga mendirikan sekolah untuk wanita di Rembang atas izin suaminya. 

Kartini wafat pada usia ± 25 tahun, 4 hari setelah melahirkan anak pertamanya R.M. Susalit (17 September 1904).
Oleh J.H. Abendanon, 106 pucuk surat Kartini diterbitkan menjadi sebuah buku dengan judul Door Duistenis Tot Licht yang diterjemahkan oleh Armijn Pane dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang sebagai penghargaan atas jasa-jasanya. Berdasarkan SK Presiden RI No. 108/1964 Kartini dianugerahi gelar Pahlawan Kemerdekaan Nasional.

No comments:

Post a Comment

Berikut Merupakan Kumpulan Contoh Format Surat

SISWA PENCINTA ALAM ............................. SMK NEGERI .................... Alamat ............................... No...